Selasa, 07 Mei 2013

Benarkah Para Tokoh dan Pemimpin Negara Dibunuh CIA?

Sejumlah pemimpin Amerika Latin yang selama ini dikenal anti-Amerika Serikat seperti Presiden Brasil Dilma Rousseff, Presiden Paraguay Ferando Lugo, dan mantan pemimpin Brasil Luiz Incio Lula da Silva, semuanya meninggal karena kanker.



Tiga jam sebelum Wakil Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengumumkan kematian Presiden Hugo Chavez dalam siaran televisi nasional pada tanggal 5 Maret 2013 lalu, dia mengatakan bahwa penyakit kanker yang diidap oleh presiden Venezuela Hugo Chavez adalah perbuatan musuh.


Stasiun televisi ABC melaporkan, Rabu (6/3/13), dalam pidato sepanjang 30 menit itu Maduro kerap menyerang pihak oposisi dan menyebut pada titik tertentu musuh lama Venezuela telah berhasil membuat kondisi kesehatan Chavez memburuk.

Seorang pengamat sekaligus kolumnis surat kabar the New York Times, Kevin Barnett, dalam situs stasiun televisi Press TV di hari yang sama menulis, “Chavez suatu kali pernah mempertanyakan kematian sejumlah pemimpin negara Amerika Latin oleh penyakit kanker.”

“Setahun lalu, Chavez pernah berbicara di radio nasional Venezuela. Dia mengatakan, sangat sulit dijelaskan bagaimana mungkin beberapa pemimpin Amerika Latin meninggal karena penyakit yang sama, yaitu kanker?”

Pengamat dan kolumnis New York Times, Kevin Barnet juga menuturkan:

Sejumlah pemimpin Amerika latin yang selama ini dikenal anti-Amerika Serikat seperti Presiden Brasil Dilma Rousseff, Presiden Paraguay Fernando Lugo, dan mantan pemimpin Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, semuanya meninggal karena kanker. Kasus percobaan pembunuhan terhadap Presiden Kuba Fidel Castro juga menjadi contoh kajian Barnett.


Presiden Brasil Dilma Rousseff (wikipedia)

Presiden Brazil Dilma Vana Rousseff ([dʒiwmɐ χuˈsɛf]; masa jabatan sejak 21 Juni 2005 hingga 31 Maret 2010

Lahir di Belo Horizonte, Minas Gerais, 14 Desember 1947; umur 65 tahun) adalah ekonom, politisi dan Presiden Brasil sejak 1 Januari 2011. Ia beberapa kali hampir dikudeta dan beberapa kali lolos dari percobaan pembunuhan.

Presiden Paraguay Fernando Armindo Lugo Méndez, lahir di San Solano, San Pedro del Paraná, Departemen Itapúa, Paraguay, 30 Mei 1951; umur 61 tahun, adalah Presiden Paraguay dengan masa jabatan 15 Agustus 2008 sampai dengan 22 Juni 2012. Ia memenangi pemilu presiden 2008.

Sebelum terjun ke dunia politik, ia pernah menjadi uskup Gereja Katolik Paraguay. Ia mengundurkan diri dari kepemimpinan gereja untuk mencalonkan diri menjadi presiden.


Presiden Paraguay, Fernando Armindo Lugo Méndez (Fernando Lugo) (wikipedia)

Kemenangannya mengakhiri 61 tahun kekuasaan Partai Colorado dan berhasil mempersatukan para pemilih untuk menentang korupsi dan kekacauan ekonomi.

Fernando Lugo Mandez juga berjanji membersihkan korupsi dan mengangkat harkat penduduk asli Indian yang terpinggirkan.

Pada masa pemerintahannya, ia pernah hampir diturunkan (impeachment) oleh dewan dan percobaan kudeta, selain itu ia juga lolos dari beberapa kali percobaan pembunuhan.

Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva (lu’iz i’nasiu ‘lulɐ dɐ ‘silvɐ], lahir di Vargem Grande (kini Caetés), Garanhuns, Pernambuco, 27 Oktober 1945; umur 67 tahun dengan nama Luiz Inácio da Silva.Kemenangannya mengakhiri 61 tahun kekuasaan Partai Colorado dan berhasil mempersatukan para pemilih untuk menentang korupsi dan kekacauan ekonomi.

Fernando Lugo Mandez juga berjanji membersihkan korupsi dan mengangkat harkat penduduk asli Indian yang terpinggirkan.

Pada masa pemerintahannya, ia pernah hampir diturunkan (impeachment) oleh dewan dan percobaan kudeta, selain itu ia juga lolos dari beberapa kali percobaan pembunuhan.

Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva (lu’iz i’nasiu ‘lulɐ dɐ ‘silvɐ], lahir di Vargem Grande (kini Caetés), Garanhuns, Pernambuco, 27 Oktober 1945; umur 67 tahun dengan nama Luiz Inácio da Silva.


Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva (Lula) (wikipedia)

Ia populer dan dikenal dengan nama Lula, adalah Presiden Brasil ke-39. Lula lahir di bagian wilayah Pernambuco (Brasil) dan terpilih untuk jabatan presiden pada 27 Oktober 2002 dengan 61% suara pada putaran kedua yang diadakan antara dua kandidat yang mengumpulkan suara terbanyak dalam putaran pertamanya.

Lula mulai menjabat pada 1 Januari 2003. Politiknya secara tradisional sayap kiri, namun sejak ia menjadi presiden kiri Brazil pertama sejak João Goulart politiknya lebih ke tengah. Ia dipilih bersama-sama dengan wakil presidennya, José Alencar, dari Partai Liberal yang kanan-tengah.

Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro), lahir 13 Agustus 1926; umur 86 tahun, adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada Februari 1959 setelah tampil sebagai komandan revolusi yang gagal. Presiden Dewan Negara merangkap jabatan sebagai Dewan Menteri Fulgencio Batista pada tahun 1976.


Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro) (wikipedia)

Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu.

Pada tahun 1947, ia ikut dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya.

Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952.

Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak militer Moncada Santiago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas dan ia dipenjara selama 15 tahun.


Castro meeting with center-left Brazilian President Lula da Silva, a significant “Pink Tide” leader. (wikipedia)

Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan pada 15 Mei 1955, Fidel Castro langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan ini kemudian dikenal dengan Gerakan 26 Juli.
Pada 7 Juli 1955, ia lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, ia kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra.

Di luar Kuba, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impiannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chávez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia.


Menjelang hari ulang tahunnya ke-80 yang jatuh pada 13 Agustus 2006, Fidel Castro menyerahkan tampuk kepemimpinannya untuk sementara waktu kepada adiknya. Praktis, Raúl merangkap jabatan, yakni sebagai Presiden Kuba dan Menteri Pertahanan Kuba. Sebelum menyerahkan kepemimpinan, masa jabatan Fidel Castro dari 2 Desember 1976 hingga 24 Februari 2008, namun de facto hingga 31 Juli 2006.

Pengamat dan kolumnis The New York Times Kevin Barnet, juga mengatakan pengawal Castro, Fabian Escalante, pernah menyebutkan Badan Intelijen Amerika (CIA) sudah 638 kali mencoba membunuh Castro.

Metode CIA, kata dia, meliputi meledakkan cerutu, senjata biologi, pil mematikan, bakteri beracun dalam kopi, ledakan pengeras suara di mimbar pidato, penembak jitu, dan ledakan granat bawah air hingga menggunakan radioaktif yang berbahaya, polonium misalnya.

Selain bahan radioaktif, ada pula bahan kimia yang tak terdeteksi yaitu Thallium, bahan mematikan ini diambil dari rumput laut dan dibuat menjadi cairan yang tidak berwarna, berasa dan berbau. Thallium merupakan bahan yang sangat sulit dideteksi.

Salah satu karakteristik racun ini adalah ketika dicampurkan dengan makanan dan minuman, maka tidak akan merubah rasa, warna maupun baunya. Racun ini juga dapat langsung disuntikkan ke pembuluh darah.


Presiden Libya Kolonel Muammar Qadhafi (Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi) (wikipedia)

Selain intelijen AS, beberapa intelijen dari negara-negara sekutunya juga berbuat operasi rahasia yang sama, namun tetap harus disetujui terlebih dahulu oleh intelijen AS dan Mossad Israel, Perancis misalnya.

Agen rahasia Prancis disebut-sebut berada di balik terbunuhnya pemimpin Libya, Kolonel Muammar Qadhafi (Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi) dengan masa jabatan 1 September 1969 – 20 September 2011. Ia sebelumnya ditangkap dalam keadaan segar-bugar, namun dihabisi saat hendak dibawa ke rumah sakit.

Motif pembunuhan, menurut sumber-sumber Libya, adalah untuk menghentikan Qadhafi agar tak buka mulut soal hubungannya dengan Nicolas Sarkozy, yang disebut-sebut sangat dekat. Sarkozy adalah Presiden Prancis pada saat itu.

Qadhafi tewas pada tanggal 20 Oktober 2012 dalam serangan di kota kelahirannya, Sirte, oleh para pejuang dari rezim baru. Sumber-sumber diplomatik di Tripoli, ibu kota Libya, menyatakan untuk surat kabar Corriere della Serra Italia bahwa sang pembunuh kemungkinan besar adalah utusan Sarkozy.


Muamar Gaddafi’s Libya was Africa ‘s most prosperous Democracy

“Sejak awal dukungan NATO untuk revolusi, sangat didukung oleh pemerintah Nicolas Sarkozy, Qadhafi terang-terangan mengancam akan mengungkapkan perincian hubungannya dengan mantan Presiden Prancis, termasuk jutaan dolar yang dibayarkan untuk membiayai pencalonannya pada pemilu tahun 2007,” tulis media ini.

Salah satu sumber Tripoli mengatakan, “Sarkozy memiliki setiap alasan untuk mencoba membungkam Kolonel secepat mungkin.”

Para mantan pemimpin Barat, termasuk Sarkozy dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, diam-diam menjalin hubungan personal dengan Qadhafi.

Mereka mengunjungi dia secara teratur dan membantu untuk memfasilitasi bisnis bernilai miliaran dolar Amerika dengan negara itu.

Bahkan sebelum adanya penjara Guantanamo, AS pernah meminta izin kepada Khadaffi untuk membuat sebuah penjara persis seperti Guantanamo di tengah gurun Libya.


Barrack Obama and Muamar Khadaffi

Awalnya Khadaffi tak setuju dengan permohonan AS yang ingin membuat penjara mirip Guantanamo tersebut. Namun akhirnya penjara tersembunyi khusus untuk orang-orang yang dianggap menentang AS itu sempat terlaksana. Hal ini adalah sebagian kecil dari banyak rahasia tingkat tinggi yang tak diketahui dunia luar.

Sarkozy, yang pernah menyambut Qadhafi sebagai “pemimpin saudara” selama kunjungan kenegaraan ke Paris, dikatakan telah menerima jutaan uang dari Libya untuk mendanai kampanye pemilihannya tahun 2007.

Teori konspirasi akan menjadi perhatian besar bagi Inggris yang mengirim jet untuk mengebom Libya tahun 2012 dengan alasan tujuan ‘menyelamatkan nyawa sipil’.

Sebuah mandat PBB menyatakan bahwa sekutu Barat tidak bisa ikut campur dalam politik internal negara. Namun pengeboman hampir setiap hari terjadi dengan ‘penasihat’ militer Prancis dan Inggris membantu di lapangan.

Soal siapa pembunuh Qadhafi secara tersirat pernah disampaikan Mahmoud Jibril, yang menjabat sebagai Perdana Menteri interim, menyusul penggulingan Qadhafi. Ia mengatakan kepada televisi Mesir, “Itu adalah agen asing yang berbaur dengan brigade revolusioner untuk membunuh Qadhafi.”


pemimpin perjuangan Palestina Yaseer Arafat (Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini) (wikipedia)

Sebelumya, tokoh dan pemimpin perjuangan Palestina Yaseer Arafat (Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini) masa jabatan 20 Januari 1996 – 11 November 2004, juga dipastikan dibunuh oleh agen rahasia sahabat CIA, Mossad dari Israel.

Misteri kematian mantan pemimpin Palestian Yasser Arafat kembali menjadi bahan pemberitaan sejak kematiannya yang mencurigakan banyak pihak.

Pasalnya, temuan terbaru pakar radiofisika dari Univeritas Lausanne, Swiss, Francois Bachud menunjukkan, pemimpin legendaris itu dibunuh menggunakan racun kimia jenis Polonium yang mengandung radioaktif.

Sebelumnya, salah satu teka-teki penyebab kematian Yasser Arafat disebut-sebut karena diracun zat kimia langka, jenis Thallium. Bachud melakukan penelitian di laboratorium di Swiss berdasarkan sampel biologis yang diambil dari benda-benda peninggalan Arafat.

“Kesimpulannya yakni kami menemukan kandungan besar polonium dalam sampel-sampel tersebut,” jelas Bochud yang merupakan Kepala Institut Radiofisika di Universitas Lausanne kepada Al-Jazeera dan dilansir oleh AFP, Rabu (4/7/2012). 
Sampel itu diperoleh setelah Suha, istri Arafat menyerahkan beberapa benda peninggalan suaminya kepada rumah sakit militer Percy di Paris, Prancis. Di antaranya, pakaian terakhir yang dikenakan, sikat gigi, dan kafiyeh yang sering digunakan Arafat.


Yasser Arafat (kiri) dan Muamar Gaddagi (kanan) (1977) (wikipedia)

Kandungan polonium yang ditemukan, kata Bochud sangat tidak wajar karena selain sangat tinggi, juga ditemukan dalam pakaian dan benda-benda yang digunakan sehari-hari. Namun, menurut dia, analisis lebih lengkap akan membantu bila jasad Arafat bisa diperiksa kembali.

“Jika Suha ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya, kami memerlukan sampel — maksud saya, melalui penggalian makam dan memeriksa jasadnya untuk memberikan kami sampel yang mengandung polonium dalam jumlah tinggi guna mengetahui apakah memang dia diracun,” jelas dia.


Alexander Litvinenko saat di rumah sakit (wikipedia)

Penggunaan polonium itu untuk tujuan pembunuhan pernah digunakan dua tahun kemudian atau pada 2006. Korbannya adalah mantan agen rahasia Rusia, Alexander Litvinenko.

Hasil investigasi menunjukkan, terdapat kandungan polonium tinggi pada minuman teh yang diminum Litvinenko di sebuah hotel di London, Inggris sebelum meninggal. Jadi telah dipastikan bahwa Alexander Litvinenko positif telah meninggal akibat diracun.

Sedangkan Yaseer Arafat sendiri meninggal di rumah sakit militer Percy di Paris pada usia 75 tahun. Saat itu, kematian penerima hadiah Nobel Perdamaian itu dikabarkan meninggal karena penyakit misterius. Agen rahasia Mossad dari Israel pun dituding berada dibalik kematian itu meski sampai saat ini tidak ada pembuktian mengenai hal itu.


Presiden AS, John F Kennedy (wikipedia)

Menurut pengamat sekaligus kolumnis surat kabar the New York Times, Kevin Barnett, beberapa kasus kematian sejumlah tokoh melibatkan CIA, termasuk juga kematian karena penyakit kanker.

Contohnya lainnya yang terjadi pada Jack Ruby, tersangka perancang pembunuhan Presiden Amerika John F Kennedy.

Namun, Jack Ruby tewas dalam tahanan karena serangan kanker misterius sebelum dia mengungkap peristiwa pembunuhan yang sebenarnya.

Presiden Amerika John Fitzgerald Kennedy lahir di Brookline, Massachusetts, 29 Mei 1917, meninggal di Dallas, Texas, Amerika Serikat, 22 November 1963 pada umur 46 tahun. John F. Kennedy atau JFK adalah Presiden Amerika Serikat yang ke-35.

Pada 1960, ia menjadi termuda yang dipilih menjadi Presiden Amerika Serikat dan termuda kedua setelah Theodore Roosevelt untuk jabatan presiden. Kennedy menjadi presiden setelah dilantik pada 20 Januari 1961.


Presiden Indonesia Sukarno sedang memeriksa barisan kehormatan di bandara New York tak lama setelah turun dari pesawat kepresidenan didampingi oleh Presiden Amerika Serikat John F Keneddy

Jabatan kepresidenan John F. Kennedy terhenti setelah terjadi pembunuhan terhadap dirinya pada 1963. Ia tewas oleh terjangan peluru saat melakukan kunjungan ke Dallas (Texas) pada 22 November 1963.

Kennedy roboh saat mobil terbuka yang membawanya melintas di kerumunan orang yang menyambut kunjungannya. Pada 25 November 1963, jenasahnya dimakamkan di Arlington, Washington, DC. Sebanyak 800.000 orang ikut berkabung di jalanan Washington.

Pembunuhan Presiden John F Kennedy adalah pembunuhan tak terungkap secara pasti, hingga kini.

Dalam beberapa tahun terakhir malah disebutkan bahwa pembunuhan presiden John F Kennedy memang direncanakan oleh CIA. Badan intelijen negara CIA, kata Barnett, juga sudah melakukan percobaan pembunuhan terhadap sejumlah pemimpin Amerika Latin yang menolak keinginan Amerika.

Amerika selalu mendefinisikan teroris adalah seseorang, kelompok atau sejenisnya yang tak sefaham dengan aturan dan tak mau di dikte oleh negara Paman Sam itu, maka disebutlah sebagai teroris!

CIA juga telah mempraktikkan pembunuhan dengan virus kanker sejak 1960-an. Jadi memang kiprah CIA sudah mendunia sejak dulu. CIA rules the world.

Pembunuhan terhadap para pemimpin “negara-negara penentang” aturan ala koboi Amerika tidak selalu sebagai acuan pihak AS dan sekutunya. Mereka banyak memiliki program, misi dan operasi untuk menghancurkan yang dianggap melawan.

Tak sedikit justru teman-teman dan pendukung Amerika dan sekutunya sendiri juga justru dibunuhnya. Selain membunuh Muamar Khadaffi yang justru sempat setuju dengan penjara politik sebelum ada penjara Guantanamo didirikan di gurun Libya, Saadam Hussein juga sempat menjadi “anak buah” Amerika dalam perang Iran – Irak. Dalam peperangan tersebut, AS justru membantu Irak dalam perang antar negara tetangga ini.

Namun akhirnya Saddam Hussein justru digulingkan dengan alasan penggunaan “senjata pembunuh massal” yang hingga detik ini tak terbukti!

Begitu pula saat perang dingin antara AS dan (dulu) Komunis Soviet. Amerika menggunakan para pejuang Taliban di Afghanistan untuk menggempur Soviet, AS menggunakan “orang dan pihak lain” agar berlumuran darah, sedangkan AS duduk manis dibelakang meja, me.

Namun saat perang dingin usai, Taliban justru “diburu dan dihajar” habis oleh negara koboi ini. Semua pihak yang bersebrangan namun bisa tunduk, tetap akan dihajar oleh AS disaat negara itu kembali tenang, kecuali para sekutu-sekutu lamanya.


Dulu di Indonesia, saat dipimpin oleh sang proklamator presiden Sukarno, juga sempat akan dibunuh berkali-kali.
Sukarno ingin dibunuh mulai dari pihak Belanda hingga pihak CIA Amerika, bahkan antek-antek CIA berkulit pribumi juga ikut didanai.

Rencana pembunuhan Presiden Sukarno melalui beberapa kali usaha kudeta dan pemisahan diri suatu wilayah, hingga keinginan merubah faham politik dan sejenisnya.

Indonesia diusahakan agar menjadi faham demokrasi, kebebasan, kapitalisme dan banyak faham lainnya, agar Indonesia tak utuh, alias terpisah dan tercerai-berai. Mirip banyak negara di dunia yang berhasil dipisahkan seperti Korea Utara & Korea Selatan, Jerman Barat dan Jerman Timur, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, Yaman Utara dan Yaman Selatan, Israel dan Palestina, India dan Pakistan serta Bangladesh dan masih banyak lainnya, semua perpecahan itu akibat pihak AS, dunia barat dan sekutunya yang menghasut rakyat negara-negara tersebut.

Pihak AS biasanya akan meluncurkan isyu hak asasi manusia (HAM) terlebih dahulu. Jika ada tokoh yang dominan, maka AS akan memboncengnya dengan mendanai, mempropagandakan dan melancarkan segala sesuatu, hingga membelanya.

Namun apa yang dilakukan tokoh yang dianggap menjunjung HAM tersebut hanyalah sebelah mata. Sebagai contoh adalah Aung San Suu Kyi. Batapa AS mengidolakannya bak pahlawan HAM membela rakyat Burma (Myanmar). Namun disisi lain tidak.


Ini terbukti pada tahun 2012 disaat suku-suku beragama Islam dibunuh dan dibantai di sana. Aung San Suu Kyi diam, Amerika pun juga diam, media barat juga diam. Ini adalah bukti kecil namun konkrit dan ini telah tercatat sebagai sejarah yang diabaikan, tentang apa itu hak azazi manusia (HAM).

Di Indonesia, tokoh HAM Munir (Munir Said Thalib), juga dipastikan telah diberikan dana dan dukungan dari AS dan dunia barat. Ia lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965.

Secara pandangan netral, Munir membahayakan pihak Indonesia yang dianggap banyak melanggar HAM, walaupun itu digunakan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan, kedaulatan serta kestabilan negaranya.

Tapi dari konspirasi tingkat bawah, Munir tewas diracun dari pihak intelijen Indonesia saat di pesawat, ia meninggal di Jakarta jurusan ke Amsterdam pada 7 September 2004 pada umur 38 tahun. Pihak Indonesia dituduh membunuhnya agar isyu HAM tak lagi ada.


Munir

Namun dari konspirasi tingkat tinggi, justru Munir diracun oleh pihak AS melalui orang suruhan atau antek AS dan dunia barat.

Walaupun benar, namun akibat media dan cuci otak rakyat disuatu negara, maka isyu tingklat bawahlah yang lebih dipercaya, diracun oleh pihak Indonesia.

Mereka para awam, tak lagi dapat melihat segalanya dalam pandangan netral, pandangan yang “siapa yang mengendalikan HAM dan dunia”, sedangkan isyu tingkat atas ini, akan dicemoohkan.

Dalam “menyerang” musuh-musuhnya yang tak mau di dikte, pihak AS dan sekutunya selalu menggunakan cara yang efektif. Mulai dengan cara membunuh dengan cara membom, menembak, meracuni musuhnya, isyu untuk menggoyangkan pemerintahan melalui “antek-antek” pribumi atau oposisi dinegara tersebut, hingga isyu tentang hak azazi manusia. Padahal AS adalah justru negara yang termasuk buruk dalam masalah hak azazi manusia.

Jika cara tersebut tak mempan, maka AS akan menyusupi agen dan antek-anteknya lebih dalam lagi. Karena disetiap negara pasti ada kelompok yang menginginkan kekayaan semata, juga ada kelompok yang sakit hati terhadap pemerintahnya, rasa selalu tak puas dan sejenisnya, maka anggota intelijen AS akan mulai membuat negara tersebut untuk berselisih, membuat kerusuhan, hingga berperang di dalam negerinya sendiri alias sesama bangsa yang sama.

Jika bangsa dan warganya sendiri tak mempu membunuh pemimpinnya sendiri, maka AS akan menggunakan media dan propagandanya. Dengan memegang setiap media, AS akan dapat menghasut rakyat disuatu negara terhadap isyu-isyu politik yang berkembang.

Setelah rakyat disuatu negara berhasil di cuci otak dan diubah pola pikirnya, maka AS akan menggunakan apa yang dinamakan Operation false flag. Dan operasi tersebut dalam banyak track record dan sejarah, dinilai sangat mujarab.


Operation False Flag, atau bahasa Indonesianya kira-kira “Operasi Bendera Palsu”, merupakan sebuah operasi rahasia yang dibuat sedemikian rupa untuk menipu publik sehingga publik mengira operasi tersebut dilakukan oleh kelompok lain.

Tujuan dari operasi ini adalah justifikasi oleh pelaku operasi rahasia tersebut untuk menyerang negara lain yang telah direncanakan, yang selama ini menjadi musuh atau oposisinya.

Namun, masing-masing negara yang menjalankan operasi ini tentunya memiliki kepentingan-kepentingan yang lain meskipun tujuan umum dari operasi ini adalah SAMA.

“Jadi, jika Anda berpikir bahwa Presiden Venezuela, Hugo Chavez dan beberapa pemimpin dunia yang bersebrangan dengan AS, dan juga tokoh-tokoh yang berpihak kepada AS, serta tokoh-tokoh HAM dunia meninggal secara wajar bahkan oleh “musuh barat” dengan begitu saja, maka sepertinya Anda naif,” kata pengamat sekaligus kolumnis surat kabar the New York Times, Kevin Barnett. Demikianlah, semoga tulisan admin bermanfaat untuk pengetahuan saudara-saudara.

Sumber: indocropcircle.wordpress.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar